Senin, 21 Juni 2010

Retradasi Mental Yang tak Tentu

I. IDENTITAS
1) No. RM :038698
2) Nama : Nn S
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Umur : Tahun
5) Pendidikan : sd
6) Pekerjaan : Petani
7) Agama : Islam
8) Bangsa/suku : Indonesia/ Jawa
9) Alamat : Pajangan Bantul
10) Tanggal masuk : 02122009
11) Rawat inap : Srikandi
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Allo-Anamnesi tanggal 23 Desember 2009

NO
KETERANGAN
1
2
3
1
Nama
Tn W
Ny S
Tn A
2
Umur
60 Tahun
55 tahun
23 Tahun
3
Alamat
Pajangan Bantul
Pajangan Bantul
Pajangan Bantul
4
Jenis Kelamin
Laki-laki
Wanita
Laki-Laki
5
Agama
Islam
Islam
Islam
6
Pendidikan
SD
SD
SMU
7
Pekerjaan
Petani
Petani
Swasta
8
Hubungan dengan Pasien
Ayah
Ibu
Tetangga
9
Lama Kenal
Dari Lahir
Dari Lahir
Dari Kecil
10
Sifat Kenal
Dekat
Dekat
Dekat
II.1. Keluhan Utama / Sebab Dibawa Ke Rumah Sakit
OS dibawa ke RS.Grhasia oleh tetangganya pada tanggal 2009 pada pukul WIB karena OS dirasakan kambuh penyakit jiwanya. Os marah- marah di rumah, Os merobek-robek bajunya. Os juga manjat dinding dan memecahkan genteng.
II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit
28 tahun SMRS, keluarga merasakan terjadi perubahan tingkah laku pada OS,Os sering diam murung. Os susah diajak komunikasi,apabila diajak ngobrol hanya menjawab seperlunya.Perubahan ini terjadi setelah OS melihat orang tenggelam didalam sumur karena ayan. Terkadang os sering berbicara sendiri. Pada saat sekolah OS merasa tidak bisa mengikuti pelajaran.Os sering tidak naik kelas.
Gejala pada os muncul secara kambuh-kambuhan hampir setiap tahun, biasanya muncul pada saat OS kelelahan atau melihat orang lain yang dimarah. Apabila penyakitnya kambuh OS diberi obat tidur yang didapat di warung. Os tidak pernal di periksakan sebelumnya ke rumah sakit. Apabila penyakitnya kambuh os dikurung didalam kamarnya. Apabila tidak kambuh OS dapat beraktivitas seperti orang biasa dengan bertani
4 Tahun SMRS pernah mencoba untuk bunuh diri dengan nyemplung disumur. Os kambuh karena dia jengkel dengan ibunya merasa dimarahi oleh ibunya.
20 hari SMRS, keluarga merasakan penyakit OS kambuh lagi, OS marah- marah dengan merobek-robek bajunya, OS juga manjat tembok dan memecahkan genteng rumah. Os juga memukul-mukul pintu kamarnya. OS sering ngomong-ngomong sendiri dan kadang terkaget-kaget sendiri atau menangis.OS susah untuk tidur. Os sering membacakan ayat-ayat alquran tapi tidak tuntas dan berganti-ganti ayat.
OS tidak mau mandi dan selalu merobek pakaianya.Kemudian OS dibawa ke RS dan dirawat sampai sekarang
II.3. Anamnesis Sistem
1. Sistem Saraf Pusat:demam (-),penurunan kesadaran(-),kejang(-),pusing(-)
  1. Sistem Kardiovaskuler : kebiruan (-), berdebar-debar (-), mimisan (-).
  2. Sistem Respirasi: sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-), bunyi mengi (-).
  3. Sistem Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), kembung (-), diare (-), nyeri perut (-).
  4. Sistem Urogenital: BAK normal, anyang-anyangan (-), sakit saat berkemih (-)
  5. Sistem Muskuloskeletal: gerakan bebas, pegal (-),kesemutan (-),luka pada kaki (-).
  6. Sistem Integumentum: pucat (-), kebiruan (-), kuning (-), kulit kemerahan pada muka (-)
II.4 Grafik Perjalanan Penyakit

Gejala Klinis
Fungsi Peran
Mental Health Line/Time

II.5. Hal yang Mendahului Penyakit
a. Faktor Organik
OS tidak pernah mengalami panas tinggi, kejang, keracunan dan trauma kecil hingga sekarang.
b. Faktor Predisposisi
· Pola Asuh
OS merupakan anak ke 1 dari 4 bersaudara. OS mendapat perhatian dan kasing sayang yang cukup dari kedua orang tua. Orang tua berlaku adil pada anak-anaknya. Setiap anak diberi kebebasan untuk memilih/menentukan apa yang diinginkan oleh anak (orang tua bersikakap demokratis).
· Faktor Genetik
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gejala serupa.
· Sosial Ekonomi
OS berada dalam keluarga dengan status ekonomi bawah.
· Kepribadian
OS cenderung mempuyai kepribadian susah bergaul dan biasanya tidak menceritakan masalahnya pada keluarga serta orang lain.
c. Faktor Presipitasi
OS kelelahan setelah kerja gotong royong corblox sehingga tidak bisa tidur.
II.6. Riwayat Keluarga
a. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ditemukan dalam silsilah keluarga OS dengan penyakit serupa.
b. Silsilah Keluarga


Keterangan:
: : Laki-laki tanpa gangguan jiwa
: : Perempuan tanpa gangguan jiwa
: Pasien
:Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal


II.7. Riwayat Pribadi
a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kehamilan ibu merupakan kehamilan yang dikehendaki. Os lahir spontan tahun 1974. Tidak ada keluhan selama kehamilan. Os lahir ditolong oleh bidan
Latar Belakang Perkembangan Mental
Os mengalami gangguan dan hambatan mental dari kecil sejak melihat orang kecemplung di sumur. OS tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Os juga susah diajak untuk berbicara.
Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Os adalah penganut agama islam yang taat dalam beribadah. Os sering mengikuti kegiatan di masjid
Riwayat Pendidikan
Os mengalami gangguan dalam pendidikan, selalu tidak naik kelas karena tidak dapat menangkap pelajaran
Riwayat Pekerjaan
Apabila sedang tidak kambuh os membantu orang tua bertani
b. Status Sosial Ekonomi
Os di besarkan dalam keluarga dengan ekonomi menengaj kebawah
c. Riwayat Perkawinan
OS belum pernah menikah sampai saat ini.
d. Riwayat Perkembangan Seksual
Tidak ditemukan kelainan perkembangan seksual. Cara berpakaian biasa seperti wanita umumnya.
Kebiasaan Khusus
Tidak ada kebiasaan khusus yang dilakukan os
II.8. Tingkat Kepercayaan Allo-Anamnesi
Dapat dipercaya karena bersumber dari ayah kandung dan ibu kandung serta tetangga pasien
II.9. Kesimpulan Anamnesis
Dihadapkan pasien wanita usia 35 tahun, beralamatkan Bungsing RT 01 guwasari, Pajangan Bantul oleh keluarga dan tetangga dengan keluhan terjadi peningkatan gejala, yaitu Os marah- marah di rumah, Os merobek-robek bajunya. Os juga manjat dinding dan memecahkan genteng. OS sering ngomong-ngomong sendiri dan kadang- kadang kaget atau menangis tanpa sebab. Os sering mengaji tetapi tidak tuntas dan berganti-ganti ayat. Os juga tidak mau mandi dan susah tidur. Perubahan tingkah laku ini muncul awalnya 27 tahun yang lalu setelah OS melihat orang kecemplung sumur os menjadi seorang yang pendiam dan sering ngomong sendiri apabila penyakitnya kambuh. Penyakit Os kumat-kumatan. Apabila OS sedang baik os dapat bekerja seperti biasa , tetapi os jarang bicara. Os pernah mencoba bunuh diri 4 tahun yang lalu dengan menyemplung sumur. Biasanya gejala muncul apabila os kelelahan atau melihat orang lain yang menderita. Sebelumnya Os tidak pernah diperiksakan ke Rumah sakit.
III. PEMERIKSAAN OBYEKTIF Tanggal 20 November 2009
III. 1 STATUS INTERNUS
a. Keadaan umum : Baik
b.Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 36,5 oC
d.Kepala
Mesocephal, rambut kepala putih dengan distribusi merata
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),.
Hidung : obstruksi nasal (-), Discharge (-)
Telinga : Discharge (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri mastoid (-/-),nll. tidak teraba.
Mulut : Mukosa mulut dalam batas normal, lidah tremor (- ),.
e. Leher
Kelenjar lymponodi tak teraba, massa (-), NT (-), retraksi (-), JVP tidak meningkat.
f. Thorax

Pulmo (Paru)
Cor (Jantung)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Gerakan respirasi simetris, retraksi (-).Ketinggalan gerak (-)
Vocal fremitus ka=ki, ketinggalan gerak (-), krepitasi (-). NT (-)
Sonor seluruh lapang paru
Suara dasar vesikuler, suara wheezing (-), ronkhi (-)
Ictus cordis tidak tampak
Ictus cordis teraba di SIC V LMC sinistra
Batas jantung :
Kiri atas : SIC II linea parasternalis kiri
Kanan atas : SIC II linea parasternalis kanan
Kiri bawah :SIC V linea midclavicula kiri
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis kanan
S1-S2 murni, reguler, Bising jantung (-).
DEPAN BELAKANG
g. Abdomen
Sistem gastrointestinal

Inspeksi : dinding perut lebih rendah daripada dinding dada.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, asites (-).
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar,lien dan ren tidak teraba.
h.Ekstremitas
Sistem muskuloskeletal
Superior : Akral teraba hangat, keterbatasan gerak (-/-), edema (-/-), tremor halus (- /- )
Inferior : Akral teraba hangat, edema (-/-).
i. Kelainan Khusus
Tidak ditemukan adanya kelainan khusus.
KESAN STATUS INTERNUS
Status internus dalam batas normal.
III.2 STATUS NEUROLOGIS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Kuantitatif : GCS (mata, bicara, motorik) : 15 (E4, V5, M6 ).
Kontak : Adekuat

SARAF OTAK
N I (OLFAKTORIUS)
Daya pembau (kanan) + (kiri) +
N II (OPTIKUS)
PEMERIKSAAN
Kanan
Kiri
Daya penglihatan
Pengenalan warna
Medan penglihatan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N III (OCCULOMOTORIUS)
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Gerak mata
Ke
Medial
Normal
Normal
Atas
Normal
Normal
Bawah
Normal
Normal
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Reflek cahaya langsung
Reflek cahaya tidak langsung
Stabismus divergen
Diplopia
± 3mm
Bulat
+
+
Tidak ada
Tidak ada
± 3mm
Bulat
+
+
Tidak ada
Tidak ada
N IV (TROKHLEAR)
PEMERIKSAAN
Kanan
Kiri
Gerak mata ke lateral bawah
Normal
Normal
Strabismus konvergen Diplopia
Tidak ada
Tidak ada
N V (TRIGEMINUS)
Menggigit
Membuka mulut
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Sensibilitas muka
Atas
Tengah
Bawah
Reflek kornea
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN
N VI (ABDUSEN)
Gerak mata ke lateral
Normal
Normal
Strabismus konvergen
Diplopia
Tidak ada
Tidak ada
N VII (FASIALIS)
Mengerutkan dahi
Mengerutkan alis
Menutup mata
Meringis
Mengembungkan pipi
Memoncongkan bibir
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N VII (AKUSTIKUS)
PEMERIKSAAN
Mendengar suara gesekan jari
Mendengar detik arloji
Normal
Normal
N IX (GLOSOFARING)
Arkus faring
uvula
Reflek muntah
Sengau
Tersedak
Kedua sisi sama
Menunjuk kebawah tepat di garis tengah
Tidak dilakukan
(-)
(-)
N X (VAGUS)
Arkus faring
Bersuara
Menelan
Kedua sisi sama
(+)
(+)
N XI (AKSESORIUS)
Memalingkan kepala
Mengangkat bahu
Normal
Normal
N XII (HIPOGLOSUS)
Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Jelas
(-)
Lidah ditengah
1. Anggota Gerak Atas

Pemeriksaan
Anggota gerak atas
Kanan
Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Tremor
Bebas
5
Normal
(-)
Bebas
5
Normal
(-)
Sensibilitas
Nyeri
Termis
Taktil
+
Tidak dilakukan
+
+
Tidak dilakukan
+

Pemeriksaan
Biseps
Triseps
Brakhioradialis
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Reflek fisiologik
+
+
+
+
+
+
Reflek patologik
Tromners (-/-), Hoffmann(-/-)
2. Anggota Gerak Bawah

Pemeriksaan
Anggota gerak bawah
Kanan
Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Bebas
5
Normal
Bebas
5
Normal
Pemeriksan
Anggota gerak bawah
Kanan
Kiri
Sensibilitas
Nyeri
Termis
Taktil
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Meningeal Sign :
· Kaku kuduk (-)
· Brudzinski I (-)
· Brudzinski II (-)
· Kerning (-)

PEMERIKSAAN
Patella
Akhiles
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Reflek fisiologik
+
+
+
+
PEMERIKSAAN
Kanan
Kiri
REFLEK PATOLOGIS
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Gonda
Bing
Rossolimo
Mendel-Becterew
Laseque
Patrick
Kontra Patrick
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Gerakan abnormal :
· Tremor : gerakan ritmis yang berulang-ulang dan tidak dapat dikuasai kehendak
Hasil pemeriksaan : (-)
· Tick : gerakan yang berulang-ulang yang dipengaruhi oleh emosi
Hasil pemeriksaan : (-)
· Chorea : gerakan yang berjalan tiba-tiba, cepat, ireguler dan tidak bertujuan serta tidak dapat dikusai kehendak. Terutama terdapat pada otot-otot distal, ekstremitas superior selain itu dapat juga pada badan, lidah, bibir, dan muka.
Hasil pemeriksaan : (-)
3. Koordinasi langkah dan keseimbangan :
Romberg test (-)
4. Disimetri
Tes telunjuk hidung : Normal.
Tes telunjuk-hidung-telunjuk : Normal.
Tes telunjuk-telunjuk : Normal.
5. Fungsi Vegetatif
Miksi : (+)
Defekasi : (+)
KESAN STATUS NEUROLOGIS
Status neurologis dalam batas normal.
III.3 HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM/PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin tanggal 2009
Hb : 13,9 g/dl nilai normal : 13-17 g/dl
Hmt : 41.8 % nilai normal : 40-50 %
AL : 13.4 ribu/mmk nilai normal : 5-11 ribu/mmk
AE : 4,53 juta/mmk nilai normal : 4,5-5,5 juta/mmk
AT : 235 ribu/mmk nilai normal : 150-450 ribu/mmk
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil : 3 % nilai normal : 1-4 %
Basofil : 0 % nilai normal : 0-1 %
Netrofil batang : 0 % nilai normal : 2-5 %
Netrofil segmen : 78 % nilai normal : 36-66 %
Limfosit : 18 % nilai normal : 22-40 %
Monosit : 0 % nilai normal : 4-8 %
KED (westergreen) : 50 mm/menit nilai normal : 0-15 mm/menit
Kesan pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan dalam batas normal
III.4 STATUS PSIKIATRI Tanggal 20 November 2009

No
Status Psikiatri
Hasil
Keterangan
1
Kesadaran
Kuntitatif : GCS = E4V5M6
Kualitatif : Compos mentis
OS sadar penuh tanpa rangsang apapun dapat diajak berkomunikasi
2
Orientasi
Orang :
Jelek
OS tidak dapat mengenal orang dengan baik
Waktu :
Baik
OS dapat membedakan waktu pagi, siang, sore dan malam
Tempat :
Jelek
OS tidak mengetahui dimana sekarang ia berada, OS tidak tahu arah untuk pulang ke rumahnya.
Situasi :
Jelek
OS tidak dapat membedakan suasana di rumah sakit dan tempat lain.
3
4
Sikap/Tingkah laku
Penampilan/rawat diri
Tidak Kooperatif, Autistik
Tanpak Sakit Jiwa
Os susah untuk diajak komunikasi, os cenderung diam,sibuk dengan dirinya sendiri
Pasien tampak sakit jiwa
5
Roman muka
sedikit mimik
OS tidak memperlihatkan mimik yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
6
Afek
Tumpul
Os tidak menunjukkan perasaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
7
Pikiran
a.Bentuk pikiran:
Susah dinilai
Pasien tidak mempeerhatikan pemeriksa.Sibuk dengan dirinya sendiri
b. Progresi pikir
Kuantitatif: miskin bicara
Pasien hanya bicara sedikit-sedikit
Kualitatif : Bloking, reming
Pasien hanya bicara sedikit-sedikit dan terputus –putus.
c.Isi Pikir :
Waham (-),
Idea of reference (-)
Tidak ditemukan
8
Hubungan Jiwa
Sulit
OS sulit untuk diajak bicara
9
Perhatian
Sulit ditarik sulit dicantum
OS sulit diajak berbicara dan sulit mempertahankan pembicaraan
10
Persepsi
Halusinasi :
- Riwayat halusinasi auditorik (-)
- Riwayat halusinasi
visual (-)
Tidak ada
Tidak ada
Ilusi
Tidak ada
11
Insight
Jelek
OS merasa dirinya tidak sakit.
IV. RESUME
Sign
Kesadaran : Composmentis
Afek : Tumpul
Sikap/tingkah laku : Tidak kooperatif, autistik
Roman muka : sedikit mimik
Simptom
Bentuk pikir : susah dinilai
Progresi pikir : miskin bicara, bloking, reming
Hubungan jiwa : susah
Insight : jelek
Isi pikir : waham (-)
Perhatian : sulit ditarik sulit dicantum
Persepsi : Halusinasi: Riwayat halusinasi Auditorik (-), Riwayat halusinasi visual (-) ilusi (-)
V. DIAGNOSIS BANDING
a. Depresi Pasca Skizofrenia Skizofrenia (F.20.3)
b. Retradasi Mental
VI. PEMBAHASAN
Sumber : PPDGJ III
Tabel 1. Pedoman Diagnostik Retradasi Mental

No
Kriteria Diagnosis
Pada Pasien
1
Tingkat kecerdasan (entelegensia) bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda
Orang sakit memperlihatkan hedaya berat dalam satu bidang tertentu (misalnya bahasa), atau mungkin mempunyai suatu area keterampilan tertentu yang lebih tinggi (misalnya tugas visuo-spasial sederhana) yang berlawanan dengan latar belakang adanya retradasi mental berat.
Memenuhi
2
Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan dengan latar belakang budayanya), dan hasil tes psikometrik.
Memenuhi
3
Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan social biasa sehari-hari.
Memenuhi
4
Gangguan jiwa dan fisik yang menyerta retradasi mental, mempunyai pengaruh besar pada gambatan klinis dan penggunaan dari semua keterampilanya
Memenuhi
5
Penilaian diagnosis adalah terhadap “kemampuan umum” (global ability) bukan terhadap suatu area tertentu yang spesifik dari hendaya atau keterampilan
Memenuhi
F.79 RETRADASI MENTAL YTT
Jelas terdapat retradasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk menggolongkan kedalam salah satu kategori tersebut diatas
VII.RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Psikologi
Tes kepribadian untuk mengetahui status psikologis dan membantu terapi psikososisial pasien.
Tes IQ untuk mengetahui derajat retradasi mental pasien.
b. Pemeriksaan Penunjang
EEG, CT Scan belum pernah dilakukan pada pasien dilakukan karena tidak terdapat indikasi.
VIII. DAFTAR PERMASALAHAN
· Gangguan psikiatrik
IX. DIAGNOSIS
Aksis I : F.79 Retradasi Mental Yang Tak Tentu
Aksis II : skizoid
Aksis III : Tidak ada kelainan
Aksis IV : Tidak ada kelainan
Aksis V : 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi
X. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Terapi Organobiologik
a. Psikofarmaka
1.Chlorpromazin 2 x 100 mg (0 – 1/2 – 1/2)
Merupakan antipsikotik yang memiliki efek sedasi yang tinggi sehingga pemberian ini ditujukan untuk menjaga kualitas tidur OS dengan memberi ketenangan pada OS.
2.Haloperidol 2 x 5 mg (1/2 – 0 – 1/2)
Merupakan obat anti psikotik dan anti mania yang memiliki efek sedasi rendah. Biasanya obat ini dikombinasi dengan Chlorpromazine untuk memperkuat efek anti sedasinya. Sedangkan obat ini bersifat long acting.
3.Trihexyphenidyl (THP) 2 mg (KP)
Merupakan antidotum untuk efek samping dari penggunaan haloperidol berupa gejala ekstrapiramidal seperti tremor, sindrom parkinson, dll. Digunakan sesuai kebutuhan dengan pemberian haloperidol. Dosis untuk pagi dan malam hari.
Usulan terapi : bila pada pasien ini efek samping ekstrapiramidal sindromnya tidak tampak sebaiknya pemberian trihexyphenidyl dihentikan secara bertahap karena dapat mengurangi efek dari obat anti psikotiknya, jadi obat ini diberikan kalau perlu saja.
Psikoterapi
1. Psikoterapi Suportif
Pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahan apa yang terjadi, kekawatiran pasien kepada terapis, sehingga terapis dapat memberikan problem solving yang baik dan mengetahui cara antisipasi pasien dari faktor-faktor pencetus
2. Terapi spiritual
Dilakukan agar pasien tetap mengingat dan menjalankan perintah agama yang dianutnya (membantu pasien membuat dirinya lebih tenang, aman dan nyaman hati serta batin).
Terapi Lingkungan
Dilakukan pendekatan pada keluarga dan lingkungan melalui edukasi bahwa pada dasarnya gangguan jiwa adalah sama dengan penyakit yang lain. Diharapkan stigma yang selama ini menganggap penderita gangguan jiwa merupakan aib dan harus diasingkan dapat segera dihilangkan. Keluarga dan lingkungan sekitar diharapkan mampu membantu dan mendukung proses penyembuhan pasien dan tetangga-tetangga dilingungan sekitar mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rutin warga kampung (untuk mengatasi rasa rendah diri pasien sebagai pasien gangguan jiwa)
Keluarga pasien di informasikan dan diajarkan cara merawat, memperlakukan pasien dengan benar karena pasien gangguan jiwa memerlukan perhatian khusus. Keluarga dianjurkan untuk mengawasi pasien saat minum obat dan memastikan pasien meminum obat dengan rutin di rumah (untuk mengatasi ketidakdisiplinan minum obat Keluarga juga dianjurkan untuk menghargai pasien seperti orang sehat, memberikan pasien kesibukan agar pasien tidak melamun dan keluarga diharapkan dapat membesarkan hati pasien serta tetap berusaha untuk terus berkomunikasi dan memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien).
Terapi Sosiokultural
Terapi supportif kelompok
Dilakukan agar pasien dapat menjalin hubungan sosial yang baik dan tidak mengisolasi diri, misalnya bermain bola, dll. (mengurangi rasa curiga/tidak percaya pasien terhadap orang lain dan memperbaiki rasa percaya diri pasien)
Rehabilitasi
a. Terapi kerja
Membantu pasien untuk memperbaiki fungsi peran pasien, sehingga pasien memiliki kesibukan (tidak menganggur dan tidak melamun). Berupa aktivitas ringan yang tidak memerlukan keahlian khusus, misalnya aktivitas rumah tangga, seperti mencuci piring, menyapu halaman, mengepel lantai, atau aktivitas dengan lingkungan sosialnya, seperti kerja bakti. Mengurangi waktu pasien untuk melamun dan meningkatkan inisiatif kerja pasien. Disamping itu, jika pasien aktif dalam aktivitas kerja berkelompok, hal ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien dan memperbaiki fungsi sosial pasien.
b. Latihan kerja
Pasien mendapatkan latihan kerja, sehingga pasien dapat memiliki keahlian yang dapat berguna. (dapat menghasilkan suatu produk (berproduksi) sesuai dengan keahlian yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidup ketika kembali ke masyarakat).
X.PROGNOSIS

FAKTOR PREMORBID
Indikator
Pada Pasien
Prognosis
1. Faktor kepribadian
2. Faktor genetik
3. Pola asuh
4. Faktor organik
5. Dukungan keluarga
6. Sosioekonomi
7. Faktor pencetus
8. status perkawinan
9. Kegiatan spiritual
Tidak Mudah Bergaul
Tidak ada
demokratis
ada
Ada
Ekonomi kurang
Ada
Belum Menikah
Baik
Jelek
Baik
Baik
Jelek
Baik
jelek
Baik
Jelek
Baik
FAKTOR MORBID
10. Onset usia
11. Perjalanan penyakit
12. Respon terhadap terapi
13. Riwayat disiplin minum obat
14. Riwayat disiplin kontrol
15. Riwayat peningkatan gejala
16. Beraktivitas
Anak-anak
Kronis
Jelek
Jelek
jelek
Ya
Jelek
Jelek
Jelek
Jelek
Jelek
jelek
Jelek
Jelek
Kesimpulan prognosis: Dubia ad malam
XI. Rencana Follow Up
  1. Memantau keteraturan minum obat, mengingat faktor presipitasi pada pasien ini ialah putus obat.
  2. Mengevaluasi efek samping obat yang digunakan.
Penggunaan obat-obat antipsikotik yang diberikan dalam jangka panjang dapat mengganggu fungsi hati yang berakibat kenaikan SGOT – SGPT. Maka, perlu kiranya dilakukan pengecekan SGOT – SGPT tiap 6 bulan sekali, atau dengan penurunan dosis obat antipsikotik secara bertahap apabila gejala psikotik sudah tidak menonjol lagi.
Selain itu, juga perlu dilakukan pengukuran tekanan darah, karena obat antipsikotik juga dapat memberikan efek samping hipotensi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons